Tafsiran Ilmu Murni kitab Yeremia


Nama                          : Zetro Panggabean
Tingkat/ Jurusan       : II-C
M. Kuliah                   : Hermeneutik PL
Dosen                          : Dr. Jontor Situmorang
Tafsiran Ilmu Murni
Nehemia 12: 27-31
I.                   Pendahuluan
Kitab Nehemia dan Ezra sebenarnya merupakan satu kitab. Keduanya menjadi satu-satunya sumber Alkitabiah tentang sejarah Israel pada periode tersebut. Selain itu, sosok Nehemia sendiri merupakan teladan pemimpin yang senantiasa memelihara imannya ketika menghadapi kesukaran. Bagian pertama kitab Nehemia bercerita tentang Nehemia yang pulang ke Yerusalem untuk melaksanakan tugas membangun tembok dan pintu gerbang Yerusalem hingga kepada pentahbisan Tembok Yerusalem. Kisah ini akan dikupas lebih lagi menggunakan metode tafsir Ilmu Murni.
 
II.                Pembahasan
2.1. Pengertian Metode Ilmu-Ilmu Murni
Metode ilmu murni merupakan tulisan Alkitab yang berakar dalam kelompok interaksi bangsa yang diorganisasikan dalam struktur sosial yang diawasi oleh aspek utama dari kehidupan umum.[1] Dalam menafsir konteks sangat penting, konteks yang terjadi pada masa itu menjelaskan tentang sesuatu hal yang menyangkut kehidupan pada masa kini. Maka kontekstualisasi adalah suatu refleksi ide dari setiap orang Kristen menghadapi firman yang sesungguhnya di dalam rangka berbagai konteks kehidupan baik itu dari segi sosial, politik, ekonomi, agama dan budaya.[2]


2.2.Keunggulan dan Kelemahan Metode Ilmu-ilmu Murni[3]
2.2.1.      Keunggulan:
1.      Memberikan suatu frustasi umum dengan prestasi terbatas dari paradigma religious dan kritik historis.
2.      Untuk mengubah objek studi dalam alkitab menyediakan jalan masuk untuk menyediakan dimensi dimensi dari tulisan-tulisan yang dirasakan menjadi sangat perlu terhadap pengertian sepenuhnya dari Alkitab Ibrani.
3.      Paradigma ilmu sosial mengubah perhatian dari sejarah dan agama melalui konsentrasi pada Alkitab Ibrani sebagai suatu sisa dari dunia-sunia sosial.
4.      Sebagai tambahan, isi, struktur dan perkembangan lintasan sistem sosial.
2.2.2.      Kelemahan:
1.      Penafsiran terhadap satu teks dengan metode ilmu murni kadangkala membuat proses pembacaan semakin sulit.
2.      Alkitab dipahami sebagai sejarah sosial manusia.

2.3. Pengertian Kitab Nehemia
Nehemia berasal dari bahasa Ibrani yaitu” Nehemiyah” yang berarti “kesenangan dari Allah”. Kitab Nehemia merupakan bagian dari kumpulan kitab sejarah yang ke-2 setelah kitab 1&2 Tawarikh.[4] Kitab ini termasuk dalam salah satu dari tiga kumpulan besar Kitab Suci Ibrani yang mengisahkan peristiwa-peristiwa beruntun dalam sejarah Israel. Kumpulan pertama (Kejadian-Bilangan) menceritakan periode pertama sejarah manusia sampai ketika bangsa Israel bersiap memasuki tanah Kanaan. Kumpulan kedua mengisahkan tentang bangsa Israel dari saat mereka memasuki Tanah Perjanjian sampai pada masa pembuangan Babel. Kumpulan ketiga (Kitab TawarikhEzra–Nehemia) mengisahkan tentang bagian akhir dari kisah Israel pada masa kebangkitan Raja Daud sampai usaha rekonstruksi sesudah pembuangan.[5]

2.4. Latar Belakang Penulisan Kitab Nehemia
Sejarah Israel setelah pulang ke Yerusalem dari pembuangan di Babel sudah dimulai dalam kitab Ezra. Selain melanjutkan sejarah tersebut, kitab Nehemia juga secara khusus memuat cerita mengenai pembangunan kembali tembok Yerusalem, daftar kembali orang-orang yang kembali ke Yerusalem, dan janji orang Israel untuk beribadat dan tetap setia kepada Allah Israel.[6]
Dalam bulan Kislew tahun ke-20 pemerintah Artahsasta, Hanani, saudara laki-laki Nehemia, tiba di Yerusalem bersama dengan rombongan orang Yehuda untuk memberitahukan kepadanya bahwa penduduk Yehuda berada dalam kesukaran besar dan tembok Yerusalem tinggal reruntuhan. [7]
Nehemia datang di Yerusalem pada tahun 445 sM, jadi sisa bangsa Yahudi sudah lebih dari 90 tahun menduduki Yehuda. Zerubabel dan orang-orang seangkatannya telah meninggal, diganti dengan generasi baru. [8]
Pada saat itu keadaan susila dan rohani di tanah Yehuda jauh daripada memuaskan. Para penghulu, penguasa, imam, orang Lewi dan rakyat sebagian besar menikah dengan perempuan asing penyembah berhala. Apabila hal ini tidak dicegah, sisa bangsa Yahudi akan bercampur dan bersatu dengan bangsa Kafir di Palestina yang lebih besar jumlahnya itu.[9]
Nehemia adalah seorang Yahudi yang sangat mencintai dan setia kepada Allah Israel. Karena itu, tidak mengherankan kalau dia begitu sedih ketika mendengar bahwa tembok-tembok Yerusalem dan pintu gerbang kota suci “Yerusalem” tinggal reruntuhan saja. Dengan dukungan Artahsasta, Nehemia pulang ke Yerusalem. Sekalipun harus menghadapi banyak perlawanan, ia terus mengawasi dan memimpin pembangunan kembali tembok-tembok dan pintu gerbang kota Yerusalem.[10]
Tatkala Nehemia datang, pagar tembok masih berupa reruntuhan, dan bangsa itu masih diolok-olokkan oleh bangsa lainnya. Adanya bahaya kelaparan (5:3); orang-orang miskin menggadaikan anak-anaknya kepada bangsa yang kaya raya (5:5); hari-hari sabat dan persembahan-persembahan korban tidak ditepati (pasal 10). Inilah latar belakang kitab ini.[11]

2.5. Penulis dan Waktu Penulisan
Mengenai penulis kitab ini, sangatlah jelas bahwa penulisnya ialah Nehemia sendiri. Alasannya ialah yang pertama, di dalam penulisannya memakai kata “aku” yang mengatakan bahwa Nehemia sendirilah penulisnya (pasal 1-7; 12:27; 13:31). Kedua, daftar keturunan sisa bangsa Yahudi pada penghabisan (psl. 7) tentulah disalin dari daftar resmi yang dibuat sebelum itu, sedang daftar dalam pasal 12 sepertinya ditulis oleh Nehemia sendiri, lalu ditambah oleh orang lain yang hidup kemudian dari padanya. Maka tentulah Nehemia adalah penulis sebagian besar kitab itu.[12] Sedangkan waktu penulisan dari kitab ini kira-kira selesai pada tahun 432 sM.[13]

2.6. Struktur Kitab
Struktur Kitab Nehemia Menurut Smart Book of Christianity Perjanjian Lama:[14]
·         Berita baik tentang Yerusalem                        Neh. 1:1-4
·         Doa Nehemia                                                  Neh. 1:5-11
·         Nehemia mendapat kuasa                               Neh. 2:1-10
·         Nehemia di Yerusalem                                    Neh. 2:11-20
·         Pembangunan Tembok hingga selesai Neh. 3:1-32; 4:1-23; 5:1-6
·         Orang-orang buangan yang kembali               Neh 7
·         Ezra membacakan hukum                               Neh. 8:1-18
·         Pembaruan Perjanjian                                      Neh. 9 & 10
·         Rakyat yang terlibat dan desa yang terdaftar Neh. 11:1-36
·         Para imam bangsa lewi                                    Neh. 12:1-26
·         Peresmian Tembok                                          Neh. 12 & 13


Struktur Kitab Nehemia menurut Alkitab Edisi Studi:[15]
·         Nehemia Pulang dan Membangun Tembok Yerusalem (1:1 - 7:73)
ü  Nehemia dan Tugasnya (1:1-2:10)
ü  Nehemia mengawasi pembangunan kembali Yerusalem (2:11-7:73)
·         Komunitas baru di atas Dasar Perjanjian-perjanjian sebelumnya (8:1-10:39)
ü  Ezra mengajar Umat (8:1-18)
ü  Tanggapan Umat (9:1-10:39)
·         Pekerjaan Nehemia Berlanjut (11:1-13:31)
ü  Yerusalem Dihuni Kembali (11:1-12:26)
ü  Penahbisan yang penuh sukacita (12:27-12:43)
ü  Pembaharuan Nehemia yang Terakhir (12:44-13:31)
Keputusan: Penafsir memilih Struktur Kitab Nehemia menurut Smart Book of Christianity Perjanjian Lama karena isinya lebih jelas, terperinci dan lebih mudah untuk dipahami.

2.7. Tujuan Penulisan
Nehemia menguraikan tentang pemulihan secara politik dan geografis di Yehuda. Kitab Nehemia, berfungsi sebagai lanjutan yang alami dari kitab Ezra dan bukan sesuatu yang mengejutkan apabila kedua kitab tersebut dipandang sebagai satu kesatuan selama berabad-abad. Nehemia juga ditulis untuk menunjukkan bahwa campur tangan Tuhan nyata untuk menetapkan umatNya di tanah air mereka sesudah pembuangan. Di bawah kepemimpinan Nehemia umat Israel menyelesaikan pekerjaan mereka hanya dalam waktu 52 hari setelah terlantar seama 94 tahun sejak kepulangan pertama dipimpin oleh Zerubabael. Dengan iman yang taat mereka mampu mengatasi berbagai tantangan yang semula tampaknya tidak mungkin.[16] Tujuan yang lainnya adalah untuk menunjukkan apa yang dilakukan Allah demi kaum sisa melalui kepemimpinan yang saleh dari Ezra dan Nehemia selama tahap ketiga dari pemulihan pascapembuangan.
2.8. Ciri-ciri Kitab Nehemia[17]
a.       Kitab ini mencatat peristiwa-peristiwa terakhir dalam sejarah PL orang Yahudi sebelum tiba masa intertestamental
b.      Kitab ini memberikan latar belakang sejarah bagi Malekahi, kitab PL terakhir, karena Nehemia dan Ezra hidup sezaman.
c.       Nehemia adalah contoh yang bagus di Alkitab dari seorang pemimpin saleh dalam pemerintahan: orang bijaksana, berprinsip, berani, integritas tak tercela, iman yang kokoh, belas kasihan bagi yang tertindas, dan sangat berbakat besar dalam kepemimpinan dan organisasi. Sepanjang masa baktinya selaku Gubernur, Nehemia tetap jujur, rendah hati, bebas dari keserakahan, mengorbankan diri, dan tidak bercela dalam kedudukan atau kuasanya.
d.      Nehemia adalah salah satu contoh PL terkemuka dari seorang pemimpin yang mengandalkan doa. Tidak kurang dari 11 kali dikisahkan bagaimana dia memanjatkan doa atau doa syafaat kepada Allah. Ia seorang yang melaksanakan tugas-tugas yang nampaknya mustahil karena ketergantungannya yang mutlak kepada Allah. Kata ini menggambarkan dengan jelas bahwa doa, pengorbanan, kerja keras serta kegigihan bekerja sama dalam mewujudkan visi yang diberi oleh Allah.

2.9. Tema-Tema Teologis[18]
A.    Pembangunan adalah pekerjaan umat Tuhan selama hidupnya. Membangun manusia seutuhnya baik rohani dan fisik. Keterlibatan gereja dalam percepatan pembangunan fisik justru dapat meningkatkan pertumbuhan iman dan rohani umat.
B.     Tugas dan tanggung jawab pembangunan adalah tanggung jawab umat yang telah melihat dan merasakan pemeliharaan Tuhan tanpa membedakan status dan jabatan. Nehemia adalah awam yang melihat tanggung jawab pembangunan umat adalah tanggung jawabnya sebagai umat Tuhan.
C.     Walaupun Nehemia adalah ahli politik namun jelas terlihat bahwa kekuatannya dalam memotivasi pembangunan adalah pemeliharaan Tuhan sebagaimana pemeliharaan umat Israel dalam kitab Musa. Sejarah pembangunan ini merupakan tindak lanjut pemeliharaan Allah dalam penyelamatan Israel dari Mesir dan diperjalanan padang gurun.
D.    Umat Allah yang baru harus terus berjuang memperbaiki kehidupannya termasuk juga secara politik dan ekonomi. Namun orientasi umat tersebut jelas bukan pada suku atau bangsa tetapi sebagai warga Allah. Pembangunan tembok bukan simbol kebangsaan tetapi simbol kebesaran Tuhan. Ada perkembangan memahami arti rumah Allah, bukan hanya dalam arti bait tetapi tembok.

2.10.                     Analisa Teks
2.10.1.  Perbandingan Bahasa
Ayat 27
LAI                       : Pentahbisan
Bible                      : mangompoi (memasuki rumah baru)
NIV                       : dedication (pengabdian)
TM                        : ובַחֲנֻכַת            (pengabdian)
Keputusan           : Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 28
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 29
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 30
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 31
LAI                       : Sampah
Bible                      : Partangkalan (Pupuk Kandang)
NIV                       : Dung (Kotoran)
TM                        : הׇאׅשְפת            (Kotoran)
Keputusan           : Yang mendekati TM adalah NIV



2.10.2.  Kritik Aparatus
Ayat 27 a: Dalam TM terdapat kata מִכׇל (dari segala). Dalam kritik aparatus, sedikit diambil dari Terjemahan Yunani “Septuaginta” dan Terjemahan Siria (Pesyitta) בְכל (segala).
Keputusan: Penafsir menolak kritik aparatus karena kata yang di berikan tidak memberikan suatu penjelasan kata sandang yang tepat untuk mengkaitkan kata tempat.

Ayat 27 b: Dalam TM terdapat kata ובְתורות (dengan mengucap syukur) dalam kritik aparatus, sedikit diambil dari Versiones omnes vel plurimae (semua terjemahan atau yang terbanyak) ב          (pada)
Keputusan: Penafsir menolak kritik aparatus karena tidak menjelaskan penjelasan mengenai apa yang dituju atau pada apa.

Ayat 27 c: Dalam TM terdapat kata ובְכִנרות  .(dengan harpa)Dalam kritis aparatus diambil sedikit kata dari Terjemahan Yunani “Septuaginta” LXX וְכִנ (dan begitu).
Keputusan: Penafsir menolak kritik aparatus karena tidak menjelaskan kalimat sebelumnya.

Ayat 28 a : Dalam TM terdapat kata בְנִי (anak laki-laki), dalam kritik aparatus mengusulkan kata לֵוִי (Suku Lewi) dan kata itu juga bisa dilihat pada kitab Yunani LXX  .
Keputusan: Penafsir menerima kritik aparatus karena memiliki suatu penjelasan makna yang lebih terperinci mengenai kesiapaan subjek.

Ayat 28 b : Dalam TM terdapat kata ומִן (dan dari). Dalam kritik aparatus diambil sedikit dari teks Yunani LXX, terjemahan Siria (Pesyitta) dan terjemahan Latin Vulgata menjadi מן (dari).
Keputusan: Penafsir menerima kritik aparatus karena memiliki makna yang jelas yang penggunaan kata sambung tidak terlalu diperlukan dalam kalimat.

2.10.3.  Terjemahan Akhir
·         Ayat 27 : dan pada pengabdian tembok Yerusalem orang-orang Lewi dipanggil dari segala tempat mereka dan dibawa ke Yerusalem untuk merayakan pengabdian yang meriah dengan ucapan syukur dan kidung, dengan ceracap, gambus dan kecapi. (Konteks Agama, Budaya dan Sosial)
·         Ayat 28 : Maka berkumpullah Suku Lewi kaum penyanyi dari daerah sekitar Yerusalem, dari desa-desa orang Netofa, (Konteks Budaya dan Sosial)
·         Ayat 29 : juga dari Bet-Gilgal, dari wilayah Geba dan Asmawet, karena para penyanyi itu telah mendirikan desa-desa sekitar Yerusalem. (Konteks Budaya dan Sosial)
·         Ayat 30 : dan para imam dan orang-orang Lewi mentahirkan dirinya, lalu mentahirkan seluruh umat itu, dan kemudian pintu-pintu gerbang dan tembok. (Konteks Agama, Budaya dan Sosial)
·         Ayat 31 : Lalu aku mempersilakan para pemimpin orang Yehuda naik ke atas tembok dan kubentuk dua rombongan yang besar dan prosesi. Yang satu berarak ke kanan di atas tembok ke jurusan pintu gerbang Kotoran. (Konteks Agama, Budaya dan Psikologi)

2.10.4.  Tafsiran
1.      Tafsiran Konteks Agama (Ayat 27 dan 31)
Pentahbisan ialah mengkhususkan sesuatu atau seseorang bagi Allah. Pentahbisan adalah awal dari segala tindakan yang terkait dengan suatu barang atau tempat yang hendak digunakan. Barang atau tempat tersebut dikuduskan dalam suatu upacara pentahbisan yang dilakukan oleh para imam. Pentahbisan juga dapat dimaknai sebagai pernyataan seseorang yang menerima karunia Allah dalam tugas yang diembannya untuk mengawali karya pelayanan tersebut.[19]
Pada ayat 27, Untuk pentahbisan tembok kota itu, dikumpulkan orang-orang Lewi khususnya para pemain musik. Kaum Lewi akan terus menerus melayani di Bait Suci Israel, memimpin nyanyian dan pujian, dan melayani Tuhan di dalam mewakili rakyat memberikan korban kepada Tuhan, dan mewakili Tuhan memberkati dan memberikan firman bagi umat Israel.
Allah mengangkat dan memilih suku Lewi untuk melakukan suatu peribadatan kepada Tuhan.[20] Pentahbisan tembok Yerusalem merupakan kesempatan untuk perayaan yang penuh dengan sukacita.
Pada ayat 30, Tugas dari suku Lewi adalah dilantik untuk menyelenggarakan ibadat di hadapan Allah itu dengan memercikkan air penghapusan dosa kepada mereka, dan mereka harus menyucikan diri dan mencuci pakaian mereka.[21]
Pada ayat 31, Nehemia memimpin mereka semua menjadi dua bagian. Dua prosesi besar yang bergerak dari sudut barat daya tembok lalu mengelilingi kota tersebut, yang satu dipimpin oleh Ezra dan yang kedua di belakangnya dipimpin oleh Nehemia.[22] Nehemia dan Ezra berjalan sesuai dengan searah pergerakan jarum jam.[23] Tempat pertemuan adalah dalam daerah suci.[24] Kedua kelompok ini akan memuji Tuhan dan membawa korban persembahan dengan berjalan mengelilingi tembok hingga berakhir di Bait Suci. Arak-arakan dari dua kelompok ini akan menyatakan ucapan syukur Israel di seluruh Yerusalem. Mereka memanjatkan ucapan syukur mereka melalui puji-pujian para imam dan kaum Lewi atas penyertaan Tuhan sehingga kota Yerusalem boleh kembali dibangun. Tidak ada bagian tembok kota itu yang tidak dilalui oleh dua kelompok ini. Perayaan, puji-pujian, serta persembahan korban dilakukan oleh segenap orang Israel pada hari itu. Mereka meresponi berkat dan anugerah Tuhan atas kota mereka dengan penuh sukacita. 
Sejak permulaan gereja, kita sudah mengenal tahbisan dalam lingkup jabatan gerejawi. Salah satu contoh adalah pentahbisan jabatan Pendeta dalam kehidupan bergereja. Mengawali karya pelayanannya sebagai Pendeta, ada serangkaian prosesi khusus yang harus dilakukan oleh Gereja, seperti: pujian, doa, penumpangan tangan, dan lainnya. Prosesi itu menunjukkan bahwa orang tersebut telah menerima karunia Allah dan Allah telah melayakkannya memangku jabatan gerejawi tersebut. Dibalik suatu tahbisan yang dilakukan ada rasa bahagia yang mendalam yang dirasakan oleh orang yang ditahbiskan, dan pastinya suatu pesta ucapan syukur yang sangat meriah akan diberlangsungkan. Sama seperti bangsa Israel sumber sukacita yang terbesar di sepanjang segala zaman haruslah bersifat rohani. Persekutuan yang dekat dan benar dengan Allah hendaklah menjadi sumber kesukacitaan kita.

2.      Tafsiran Konteks Sosial (Ayat 27, 28, 29, dan 30)
Pada ayat 27, terdapat suatu kalimat yang mengatakan bahwa dipanggilnya orang-orang lewi  dan dibawa ke Yerusalem dalam mengadakan suatu acara pengabdian agar semakin meriah. Pada konteks ini terlihat bagaimana hubungan manusia itu terjalin dengan baiknya ditengah-tengah bangsa Yerusalem, sehingga dalam memeriahkan suatu pengabdian dilakukan suatu undangan terhadap orang-orang Lewi. Begitu juga dengan orang-orang Lewi dalam memeriahkan suatu acara ucapan syukur undangan yang di dapat disambut dengan baik, orang Lewi membawa kidung dengan ceracap, gambus, dan kecapi. Dalam hal itu nampaklah dengan jelas bahwa hubungan sosial yang ada sangatlah baik.
Pada ayat 28, juga memperlihatkan bahwa bukan orang-orang Lewi saja yang diundang dalam merayakan pentahbisan Tembok Yerusalem. Bahkan desa-desa sekitaran Yerusalem kaum bangsa penyanyi yakni orang-orang Netofa turut diundang dalam acara itu.
Begitu juga pada ayat 29, dari Bet-Gilgal, dari padang Geba dan Asmawet, juga diundang dalam pentahbisan tembok Yerusalem, dan juga kaum mereka  juga ikut serta dalam menambahi tembok Yerusalem dengan membangun desa-desa sekitar Yerusalem.
Pada ayat 30, pada bagian itu para Imam dan orang Lewi tidak hanya mentahirkan dirinya sendiri, sebagai makhluk sosial yang sadar akan arti ibadah itu, ia mentahirkan orang banyak agar dapat mengikuti acara pentahbisan itu.
Dari penafsiran diatas, dapat kita lihat bahwa manusia memanglah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan mau membantu orang lain. Sepatutnya sebagai gambar Allah dan umat tembusanNya segala kegiatan kita mencerminkanNya. Suatu perayaan memuncak sebagai ibadah umat yang bersukacita menyanyi dan menari dengan iringan bunyi alat musik dan paduan suara yang indah. Sukacita haruslah dinikmati seluruh umat termasuk anak-anak, hingga menjadi kesaksian yang hidup. Ibadah itu juga tersiar dan berpengaruh ke tempat-tempat jauh, juga membuat kesukaan atas Yerusalem.

3.      Tafsiran Konteks Budaya (ayat 27, 28, 29, 30, 31)
Pada ayat 27, kebiasaan orang-orang Yerusalem dalam melakukan suatu acara salah satunya adalah dengan suatu nyanyian yang diiringi dengan gambus, kecapi, dan ceracap. Alat musik itulah yang membuat suatu acara menjadi meriah. Kecapi adalah instrumen dengan berbagai panjang dan juga diameter dan tegangan yang berbeda.[25] Kidung pujian dilantunkan dan diiringi dengan merdunya dengan dipadukannya ketiga alat musik itu menjadi suatu keharmonisan melodi yang indah sehingga acara tersebut menambah kenikmatan. Musik akan sangat indah dan tambah semarak jika dipadukan dengan para penyanyi yang menyanyikan suatu lantunan lagu dengan notasi yang tepat dan genre yang nikmat.  
Pada ayat 28, suatu nyanyian adat yang mereka kumandangkan adalah suatu kebiasaan budaya yang dilakukan dalam setiap acara, sehingga dari desa-desa orang Netofa turut diundang dalam memeriahkan suatu acara pentahbisan tembok Yerusalem. Suatu kebudayaan bahwa orang Netofa terkenal akan lantunan dan merdu suara. Dalam memperindah tembok Yerusalem yang dibangun ternyata desa-desa dari Bet-Gilgal, dari padang Geba dan Asmawet membangun suatu desa-desa di sekitaran Tembok Yerusalem. Dan dalam budayanya juga orang-orang dari padang Geba dan Asmawet terkenal dalam lantunan suaranya sehingga diperlukan juga dalam memeriahkan lantunan nyanyian kidung pujian seperti dalam ayat 29.
Dalam ayat 30, adalah menjadi suatu kebiasaan dan budaya setiap adanya acara hari raya atau pentahbisan, bahwa orang Lewi dan para Imam yang memimpin jalannya acara itu akan mentahirkan dirinya terlebih dahulu, setelah ditahirkan, mereka akan mentahirkan setiap orang yang berada disekitar itu, dengan itu setiap orang yang berada di sekitar itu dapat mengikuti acara pentahbisan dan melantunkan suatu pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan. Sudah menjadi suatu kebiasaan bahwa untuk mengembalikan manusia dari sifat yang dianggap jorok dengan cara mentahirkannya terlebih dahulu agar mereka dapat mengikuti ritual terlebih dahulu. Para orang Lewi menugaskan agar membersihkan tempat kuil selama masa kebangunan rohani. Pemurnian ritual maksudnya untuk mengajarkan kesucian Tuhan dan kemurnian moral.[26] Upacara pentahiran mencakup berpuasa, mempersembahkan kurban, mandi, dan kemudian, memakai pakaian yang telah dicuci dan bersih, tidak melakukan hubungan seksual dalam jangka waktu tertentu, dan memerciki pintu gerbang dan tembok dengan darah hewan kurban.[27]
Pada ayat 31 pastinya sudah tidak asing lagi di ketahui, sudah menjadi kebudayaan bagi setiap daerah bahwa yang memiliki jabatan yang paling tinggi akan diberi tempat istimewa. Begitu juga dengan hal ini, para pemimpin acara pentahbisan itu diberi tempat untuk naik ke tempat yang tinggi yaitu diatas tembok Yerusalem dalam memimpin keberlangsungan acara.
Begitu juga dalam hal ini, budaya adalah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh beberapa daerah dengan kebiasaan yang berbeda tiap daerahnya. Dalam suatu acara/ pesta pastinya selalu mengundang hal yang membuat acara itu agar meriah seperti musik kontemporer yang akan memeriahkan suatu acara dan juga pastinya akan didampingi dengan song leader/ biduan suara yang handal dan berpengalaman yang menambah semarak suatu acara dan perayaan. Tari-tarian budaya yang dilakukan juga merupakan suatu kebiasaan yang mendasar yang dilakukan setiap kali ada perayaan besar. Dalam hal pentahbisan yang biasa seperti pentahbisan Pendeta pasti ada yang memimpin acara pentahbisan itu seperti dalam gereja GKPI pentahbisan Pendeta akan dipimpin oleh jabatan yang tertinggi yaitu Bishop, yang akan menyerahkan terlebih dahulu dirinya kepada Tuhan agar dipimpin dengan kuasa Roh Kudus agar dalam pentahbisan, Bishop dipenuhi dengan Roh Kudus sama seperti halnya dengan para Imam dan orang Lewi yang terlebih dahulu mentahirkan diri mereka. Dalam pentahbisan Pendeta, Bishop berada di Altar Gereja berdiri di atas dan memimpin suatu acara pentahbisan itu.
Suatu kebudayaan sangatlah penting, namun jika kebudayaan itu bukan untuk memuliakan nama Tuhan atau bahkan hanya sekedar memuaskan hasrat tanpa memikirkan bahwa setiap bahagia dan sukacita yang dirasakan semuanya berasal dari Tuhan itu adalah hal yang sangat sia-sia. Ekspresi sukacita ibadah lahir dari ucapan syukur umat yang mengingat kebaikan Tuhan. Alangkah indahnya jika dari ekspresi hidup kita dalam mengucap syukur kepada Tuhan dapat menyadarkan orang lain siapa Tuhan kita melalui pola pikir, cara respon, dan tingkah laku kita sehingga yang melihat mengetahui apa karakterNya dan bagaimana Dia berelasi dengan UmatNya.

4.      Konteks Psikologi (Ayat 31)
Pada ayat 31, terdapat kata “Lalu aku mempersilakan para pemimpin orang Yehuda naik ke atas”, secara tersendirinya manusia yang diberikan suatu hak yang lebih istimewa pastinya akan merasakan suatu hal yang amat bangga dan bahagia. Seorang pemimpin pastinya akan memiliki hak lebih istimewa dibanding yang lain, tentu hal itu akan memiliki rasa bangga tersendiri yang meningkatkan kejiwaan bahagia dalam diri kita.

III.             Refleksi Teologis
Jika melihat dengan lebih cermat dan lebih jelas, ada dua hal yang menjadi  sumber sukacita bagi bangsa Israel pada masa itu. Umat Allah telah berhasil membangun kembali tembok Yerusalem setelah dari usaha seberapa lama umat Allah dengan Ezra dan Nehemia dalam menunggu pembangunan tembok Yerusalem. Nehemia memimpin umat Allah membangun tembok Yerusalem hanya selama 52 hari. Hasil yang tampak mata ini tidak hanya memuliakan Allah pemilik kota Yerusalem, namun juga mengangkat harkat dan martabat Israel sebagai sebuah bangsa. Mereka tidak lagi disepelekan dan dihina oleh bangsa-bangsa tetangga, mereka yang menyadari bahwa keberhasilan Israel adalah karena bantuan Allah. Dalam hidup di dunia sekarang ini, keberhasilan dinilai hanya dari materi atau berapa banyak kekayaan yang nampak pada kita saat ini. Kesombongan manusia sering jatuh karena kekayaan yang mereka dapatkan sehingga mampu untuk merendahkan harkat dan martabat sesamanya manusia. Kita memang berhak bersukacita atas materi. Namun, yang lebih penting adalah hendaknya kita tetap mengakui Allah sebagai sumber keberhasilan dan mempersembahkan setiap keberhasilan kita kepada-Nya.
Keberhasilan materi yang kita dapatkan hendaknya tidak hanya membuat mata orang lain terbuka akan kesuksesan kita dalam dunia, namun haruslah kita dapat memberikan kesaksian tentang iman kita kepada orang lain karena segala yang kita peroleh dan kita rasakan adalah tidak lain dan tidak bukan adalah berasal dari pada-Nya. Kepemimpinan Nehemia patutlah kita tiru, Nehemia dengan senantiasa berjuang dan bertekun dalam doa dalam pelaksanaan pembangunan tembok Yerusalem, hingga pada akhirnya selama 94 tahun Yerusalem tidak memiliki tembok pelindung dan sudah lama menantikan keberhasilan pembangunan tembok Yerusalem akhirnya sudah nyata terjadi yang dipimpin oleh Nehemia. Pentahbisan tembok Yerusalem menunjukkan suatu keberhasilan yang sukacita terhadap bangsa Yerusalem dan sekitarnya. Begitu juga kepada kita berjuang dan bertekunlah dalam doa  hingga Tuhan mengabulkan permintaan doa kita dan mencapai suatu keberhasilan yang menimbulkan sukacita yang luar biasa. Pembangunan ini juga tidak hanya dalam pembangunan Gereja seperti halnya tembok Yerusalem, namun yang paling penting adalah pembangunan iman percaya kita kepada Yesus Tuhan haruslah semakin kuat dan kokoh. Keterlibatan gereja dalam percepatan pembangunan fisik justru dapat meningkatkan pertumbuhan iman dan rohani umat.

IV.             Kesimpulan
Metode penafsiran llmu-ilmu murni adalah metode penafsiran yang melihat konteks yang terjadi pada masa itu menjelaskan tentang sesuatu hal yang menyangkut kehidupan pada masa kini. Di bawah kepemimpinan Nehemia umat Israel menyelesaikan pekerjaan mereka hanya dalam waktu 52 hari setelah telantar seama 94 tahun sejak kepulangan pertama dipimpin oleh Zerubabael. Dengan iman yang taat mereka mampu mengatasi berbagai tantangan yang semula tampaknya tidak mungkin. Hal ini sangatlah dapat dilihat dengan menggunakan metode tafsir Ilmu Murni yang menjelaskan melalui konteks-konteks apa yang terjadi pada peristiwa pentahbisan tembok Yerusalem.
V.                Daftar Pustaka
A Sitompul, A., Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2004
Barker and John Kohlenberger III, Kenneth L., NIV Bible Commentary: Volume 1: Old Testament, USA: International Bible Society, 1994
Bergant, Diane, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 2002
Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999
Browning, W. R. F. , Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015
Bruce, F. F., NIV BIBLE COMMENTARY Volume 1: Old Testament, London: Edinbrugh, 1956
Hessegrave, David J., Kontekstualisasi Makna Metode dan Model, Jakarta: BPK-GM, 2006
Jetron Saragih, Agus, Kitab Ilahi, Tanjung Sari Medan: Penerbit Bina Media Perintis, 2016
L. Baker, F., Sejarah Kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama, Jakarta: BPK GM, 1990
LAI, Alkitab Edisi Studi, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012
LAI, Kitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2013
Lukas, Adi. S., Smart Book Of Christianity Perjanjian Lama, Yogyakarta: Andi Offset, 2015
S. Lasor, W., Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK-GM, 2015
Sidlow Baxter, J., Menggali Isi Alkitab, Yayasan Bomunikasi Bina Kasih 
Thompson, J.A., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2012
Wilkinson & Kenneth Boa, Bruce,  Talk Thru The Bible,Thomas Nelson Incorporated,  2005


                [1]A.A Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2004), 173
[2] David J. Hessegrave, Kontekstualisasi Makna Metode dan Model, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 52
[3] A.A Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2004), 175
[4] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Tanjung Sari Medan: Penerbit Bina Media Perintis, 2016), 111
[5] Diane Bergant, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 586
[6] LAI, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012), 732
[7] W. S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 428
[8] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab, (Yayasan Bomunikasi Bina Kasih), 457 
[9] Ibid, 457
[10] LAI, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012), 732
[11] LAI, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012), 457
[12] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab, (Yayasan Bomunikasi Bina Kasih), 455  
[13] Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 172
[14]  Adi. S, Lukas, Smart Book Of Christianity Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Andi Offset, 2015), 61
[15] LAI, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012), 733
[16] Bruce Wilkinson & Kenneth Boa,  Talk Thru The Bible,( Thomas Nelson Incorporated,  2005), 171-172
[17]LAI, Kitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2013), 716
[18]  Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Tanjung Sari Medan: Penerbit Bina Media Perintis, 2016), 114
[19] W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 321
[20] F. L. Baker, Sejarah Kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK GM, 1990), 359
[21] Ibid, 360
[22]  J.A. Thompson, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2012), 668
[23] Kenneth L. Barker and John Kohlenberger III, NIV Bible Commentary: Volume 1: Old Testament, (USA: International Bible Society, 1994), 722
[24] J.A. Thompson, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 Kejadian-Ester, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2012), 669
[25] F. F. Bruce, NIV BIBLE COMMENTARY Volume 1: Old Testament, (London: Edinbrugh, 1956), 722
[26] F. F. Bruce, NIV BIBLE COMMENTARY Volume 1: Old Testament, (London: Edinbrugh, 1956), 722
[27] LAI, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012),  748

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chord Lagu Anak Sekolah Minggu- I Love You Jesus

Chord Lagu Anak sekolah Minggu-sayang sayang disayang

Chord lagu Anak Sekolah Minggu-S'lamat Pagi Bapa